Ijazah ‘Fresh Graduate’ Bisa Apa?

Beberapa tahun yang lalu dunia persilatan kita pernah dihebohkan oleh ‘statemen’ Perhubungan Laut yang isinya Indonesia membutuhkan puluhan ribu pelaut. Dengan kondisi banyaknya pelaut yang pengangguran saat ini, banyak pihak dan rekan-rekan pelaut tidak setuju sekaligus meyalahkan statemen Perhubungan Laut tersebut. Kalau menurut saya pribadi statemen tersebut adalah benar adanya, akan tetapi, lebih tepatnya Indonesia butuh puluhan ribu pelaut untuk bekerja di luar negeri. Jadi, hitungan kebutuhan akan pelaut Indonesia tersebut mengacu pada kebutuhan pelaut untuk bekerja di perusahaan asing.

Dulu, pelaut-pelaut Myanmar dipandang sebelah mata oleh dunia. Akan tetapi saat ini pelaut-pelaut kita mulai kalah dengan pelaut Myanmar, karena pelaut Myanmar sudah banyak dipakai oleh perusahaan-perusahaan asing di Asia, dan persentase jumlah pelaut mereka selalu naik tiap tahunnya. Jadi, kalau anda ‘fresh graduate’ anda harus bisa berbahasa Inggris agar job-job anda kelak tidak di ambil kru Myanmar. Apalagi jumlah ijazah pelaut Indonesia saat ini tidak sebanding dengan jumlah kapal baru yang dibeli oleh perusahaan tiap tahunnya.

Kesimpulannya , kalau sahabat pelaut ingin berhasil ya harus memiliki skill bahasa Inggris yang bagus. Yah, paling tidak sahabat pelaut bisa join di perusahaan negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia, yang mana di negara tersebut tidak mewajibkan pelaut fasih berbahasa Inggris, minimal kemampuan bahasa Inggris kita 50% sudah bisa kerja disana.

Kurangnya keterampilan pelaut kita untuk berbahasa Inggris diantaranya dikarenakan:

    • Mindset keliru dan hanya berpatokan pada buku.

    • Malu karena saat belajar diolok-olok teman.

    • Kurang motivasi dan cuma mau belajar kalau disuruh.

    • Biaya untuk kursus bahasa Inggris relatif mahal.

 

BEDA PELAUT DULU DAN PELAUT SEKARANG

                Tulisan di paragraf ini hanya saya tujukan bagi ijazah ‘fresh graduate’ lulusan akademi pelayaran. Dari sudut pandang saya, pelaut ‘fresh graduate’ sekarang kurang sekali pendekatannya terhadap senior. Seharusnya mereka memahami kalau seniornya punya ‘networking’ (jaringan kerja) yang lebih luas, karena mereka kan terlahir terlebih dahulu sebagai seorang pelaut. Kalau jaman saya dulu, setiap ada senior datang di mess langsung kita samperin untuk memperkenalkan diri dan pendekatan lainnya. Jaman dulu bahkan kita harus berebut dengan sesama ‘fresh graduate’ dalam hal pendekatan terhadap senior yang baru kita kenal . Meminjam istilah permainan catur: pion sudah di tangan pelaut berlabel ‘fresh graduate’. Sekarang, terserah kalian hendak melangkah kemana?

Leave A Comment